Pyeongchang - Hubungan antara Jepang dengan Korea Selatan kembali memanas. Kali ini bukan masalah dagang, tetapi perihal patung wanita penghibur.
Sebuah taman botani di Pyeongchang baru-baru ini memamerkan sepasang patung yang memperlihatkan seorang pria berjas yang berlutut dan membungkuk di hadapan wanita. Wanita ini menjadi simbol wanita penghibur yang merupakan budak seks tentara Jepang saat kedua negara itu berperang pada tahun 1932-1945.
Dikutip dari Associated Press, Rabu (29/7/2020) juru bicara pemerintah Jepangmempertanyakan mengenai patung pria itu yang dianggap merepresentasikan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Sementara itu dilaporkan Reuters, Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan bila laporan tersebut benar, tindakan Korea Selatan ini menjadi pelanggaran protokol internasional yang 'tidak termaafkan'.
"Jika laporan itu akurat, maka akan ada dampak yang menentukan hubungan Jepang-Korea,"kata Suga dalam konferensi pers di Tokyo.
Sementara itu, menurut pemilik taman botani tempat patung wanita penghibur itu dipamerkan, figur pria itu tidak secara spesifik menyerupai Shinzo Abe. Patung pria ini dapat dimaknai siapapun yang memiliki kekuasaan harus minta maaf secara formal pada kesalahan sejarah.
"Pria itu bisa jadi Abe dan bisa juga bukan Abe,"kata Kim Chang-ryeol.
"Pria itu mewakili siapa pun yang berada dalam posisi tanggung jawab yang dengan tulus dapat meminta maaf kepada para korban perbudakan seksual, sekarang atau di masa depan. Bahkan itu bisa jadi ayah gadis itu.... Itulah sebabnya patung-patung itu dinamai Pendamaian Abadi," ia melanjutkan.
Chang-ryeol juga mengatakan protes yang dilayangkan Jepang pada patung wanita penghibur juga dilakukan sejumlah masyarakat Korea Selatan. Baginya, hal ini merefleksikan bahwa di dalam negaranya sendiri, masyarakat masih terbelah mengenai pemahaman sejarah. Namun ia sebenarnya tak mengharapkan adanya perdebatan politik dari pameran itu.
Di sisi lain, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan Kim In-chul mengatakan, diperlukan protokol internasional yang menjadi pertimbangan mengenai hal tersebut. Tetapi ia menolak berkomentar lebih lanjut dan mengatakan bahwa pameran patung itu murni dilakukan oleh masyarakat.
Masalah wanita penghibur ini telah lama menghantui hubungan Jepang dengan Korea Selatan. Sampai saat ini, para korban yang menjadi budak seks tentara Jepang itu belum mendapatkan kompensasi yang memadai.
Tapi, Jepang menganggap masalah tersebut sudah selesai melalui perjanjian antara Abe dengan Presiden Korea Selatan Park Geun-hye pada 2015. Saat itu, Abe meminta maaf dan menjanjikan dana untuk mendukung para korban yang selamat.
Akan tetapi pemerintahan Presiden Korea Selatan saat ini, Moon Jae-in telah menyatakan bahwa kesepakatan itu cacat hukum. Ia pun membatalkannya.
Komentar
Tulis komentar