Jakarta - Seolah sesuatu yang abadi, selalu terjadi kemacetan di kawasan Puncak, Bogor setiap pekan. Menteri Perhubungan Budi Karya bilang itu bukan semata-mata persoalan transportasi.
Kawasan Puncak di Bogor memang menjadi pelarian bagi warga Jabodetabek untuk melepas lelah traveler Jabodetabek di akhir pekan. Kawasan hijau dan suasana sejuk menjadi obat untuk pekerja yang capek lima hari dengan hingar-bingar ibukota.
Kemacetan pun terlanjur akrab di kawasan Puncak Bogor dan sekitarnya saat akhir pekan. Apalagi, ketiga datang libur panjang.
Tapi, situasi itu tidak memudarkan keinginan wisatawan untuk datang lagi dan datang lagi. Begitu pula menjelang libur Tahun Baru 2021 kali ini.
Dalam webinar yang diadakan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) melalui Youtube, Selasa (29/12/2020) dengan tajuk Puncak, Mengapa Diminati Meski Macet Menanti, Menhub Budi Karya buka suara.
"Kita harus mengkaji permasalahan kemacetan di Puncak, Bogor dari berbagai sisi. Dan tentu saja kita harus berkolaborasi menjadikan hal ini sebagai peluang. Kita juga harus menjaga layanan transportasi dengan aman dan nyaman. Adanya pandemi ini, kita dituntut untuk menyediakan layanan sehat. Berulang kali kita selalu ingatkan untuk mematuhi protokol kesehatan dan menerapkan 3 M," ungkap Budi Karya Sumadi, Menteri Perhubungan RI.
Budi mengatakan bahwa Puncak dari tahun ke tahun semakin ramai wisatawan. Tak hanya warga Jakarta, namun juga mancanegara datang ke Puncak untuk liburan.
"Jika kita perhatikan semenjak tahun 170-an, kawasan Puncak, Bogor semakin diminati oleh masyarakat. Mungkin karena hotel semakin banyak, banyak tempat makan, udara sejuk hingga semakin digemari dan selalu dikunjungi saat liburan. Dan yang ke Puncak tidak hanya warga Jabodetabek saja, namun juga mancanegara," kata Budi.
"Dan tentu ini menjadi beban bagi Puncak. Pembangunan hang dilakukan oleh berbagai pihak membuat daya tarik bertambah banyak dan tentu dampaknya adalah kemacetan yang kronis di setiap momen liburan. Puncak ibarat gunung es dan masalah transportasi adalah puncak dari permasalahan selama ini," dia menambahkan.
Soal kemacetan di kawasan Puncak, Bogor itu, Budi mengungkapkan bahwa ini bukan masalah transportasi saja. Tapi, berhubungan dengan beragam aspek.
"Masalah kemacetan Puncak tidak hanya masalah transportasi, namun juga berkaitan dengan yang lain. Kita hadir bersama pemangku kepentingan menjadikan Puncak tak hanya ramah pengunjung dan masyarakat sekitar. Namun bagaimana Puncak bisa menjadi bagian dari suatu daerah yang harus diselesaikan secara alami, tetap asri, tetap lestari dan bagaimana mengendalikannya secara holistik," kata Budi.
"Kita telah melakukan beragam upaya yang sifatnya jangka pendek. Misalnya kegiatan buka tutup jalan, dan pada momen libur panjang atau waktu tertentu mengadakan aturan satu arah, namun hanya jangka pendek. BPTJ bersama pemda dan polisi berupaya melakukan rekayasa Puncak pada tahun 2019, namun itu hanya kegiatan jangka pendek," ujar Budi.
Budi pun menyampaikan keinginannya terhadap solusi kemacetan di kawasan Puncak. Salah satunya, adalah pemberian subsidi bus.
"Kita menginginkan narasi yang lebih panjang dan ingin memberikan solusi. Misalnya memberikan subsidi bus, sehingga bus di sana kita suplai, kita subsidi hingga yang tadinya hanya memiliki angkot, bisa bergabung dengan memiliki bis yang lebih besar angkutnya," kata Budi.
"Bahkan kita sarankan hotel-hotel juga punya bis untuk wisatawan, hingga mereka tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi. Kalau memungkinkan kita juga bisa membuat ART, kereta yang mengunakan ban hingga kapasitasnya besar. Ini tentunya para ahli bisa memberikan contoh dengan pemikiran yang lebih komplek. Kita harus melihat sosial, budaya, ekonomi karena kompleksitas di puncak ini banyak," papar Budi.
Teruntuk masalah Puncak, Budi mengharapkan juga kerjasama publik supaya masalah kemacetan juga teratasi.
"Kita mengharapkan solusinya ini melibatkan masyarakat dan kita mengharapkan dukungan publik dan berbagai semua pihak," ujar dia.
Komentar
Tulis komentar