Jakarta - Wisata halal menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet setelah Menparekraf Sandiaga Uno menyebutnya saat berkunjung di Bali. Apa itu wisata halal?
Sandiaga berada di Bali untuk melakukan kunjungan kerja pada Minggu (27/12/2020). Dalam agenda itu dia menyebut soal wisata halal.
Rencana itu menjadi pro dan kontra. Warganet terbelah.
Sandiaga pun diminta merinci tentang wisata halal yang diinginkannya itu. Sebab, hingga saat ini, belum ada definisi soal wisata halal yang disepakati oleh badan wisata dunia.
Sektor-sektor wisata halal seperti makanan, fashion, tempat rekreasi hingga kosmetik di dunia tengah berkompetisi dalam menarik minat dari umat muslim. Kini wisata halal pun sedang ramai diperbincangkan.
Dikutip dari CNA, wisata halal adalah istilah yang cocok untuk wisatawan muslim yang menginginkan kenyamanan berlibur. Stasiun televisi yang berbasis di Singapura itu juga belum memiliki definisi yang tepat soal wisata halal.
CNA mendefinisikan dengan restoran yang mungkin menyajikan hidangan halal dan bebas alkohol. Juga bisa jadi lebih dari itu, misalnya menyediakan tempat yang menyajikan privasi antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, didukung dengan fasilitas ibadah, seperti mushola dengan arah kiblat di dalam hotel.
Sementara itu Akademisi M. Battour dan M. Nazari Ismail menyebut wisata halal adalah tindakan yang diperbolehkan menurut ajaran islam dalam industri pariwisata. Definisi itu memandang hukum syariah sebagai dasar dalam penyediaan produk dan jasa wisata bagi konsumen seperti hotel, resor, restoran hingga perjalanan halal.
Secara umum, menurut dosen administrasi publik Universitas 'Aisyiah Yogyakarta itu, bilang wisata halal bisa diterapkan pada berbagai destinasi wisata di Indonesia dan dipromosikan kepada wisatawan internasional. Nah, agar tidak terjadi pro kontra pemerintah tidak bisa memaksakan seluruh destinasi wisata Indonesia tersertifikasi halal secara keseluruhan.
Dia merekomendasikan agar satu destinasi wisata menyediakan pilihan terbuka untuk wisman muslim agar berwisata dengan nyaman dan tanpa khawatir dengan apa yang digunakan, dikonsumsi, atau dikunjungi.
Journal of Halal Product and Research oleh Satriana ED dan Faridah HD yang merujuk dari Halal Travel Summit 2015 menyebut prinsip-prinsip atau syarat utama wisata halal setidaknya memenuhi makanan halal, produk yang tidak mengandung babi, tidak ada minuman keras, ketersediaan fasilitas ruang ibadah, tersedianya Al-Qur'an dan peralatan ibadah (sholat) di kamar, petunjuk kiblat, dan pakaian staf yang sopan.
Tapi, jurnal itu juga belum bisa memastikan definisi wisata halal yang paling tepat.
Negara yang Melabeli Wisata Halal
1. Malaysia
Sejak tragedi 11 September 2011, Malaysia menjadi negara tujuan terbesar wisatawan muslim. Kendati mayoritas penduduknya beragama Islam, Malaysia mengeluarkan sertifikat halal untuk restoran dan hotel.
Selain itu, Malaysia membuat aturan untuk tidak mengizinkan wisatawan melakukan kegiatan yang bertentangan dengan Islam, seperti meminum alkohol, memakai pakaian mini, berjemur di bawah sinar matahari dengan pakaian minim, dan larangan menyajikan daging babi terutama di restoran yang terletak pada kawasan wisata.
2. Jepang
Untuk mengakomodasi muslim traveler, Jepang membentuk Japan Halal Association (JHA) pada 2012.
Asosiasi itu mengawasi dan memberikan sertifikasi halal, serta mengkampanyekan tentang penyediaan tempat untuk sholat. Selain itu, Jepang mendorong beberapa perusahaan tur Jepang untuk meluncurkan paket tur halal bagi wisatawan muslim yang berbasis di Tokyo dan Osaka.
Japan National Tourism (JNTO) juga melakukan upaya untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan muslim dengan menerbitkan buku panduan wisata khusus wisatawan muslim. Dalam buku tersebut, tercatat bahwa terdapat 52 restoran yang menawarkan makanan halal, kendati baru ada di kota-kota besar.
Selain makanan, tempat ibadah, dan penginapan, Jepang juga mulai merambah ke halal fashion untuk menarik wisatawan muslim. Jepang juga mulai menyediakan beberapa oleh-oleh yang telah memiliki sertifikat halal.
3. Korea Selatan
Korea Selatan yang mendeklarasikan diri sebagai tujuan wisata ramah muslim. Sebagai negara nonmuslim, tak mudah untuk menemukan makanan halal atau ruang sholat, namun kini Organisasi Pariwisata Korea tengah berupaya menjadikan negara ini menjadi tujuan yang nyaman bagi traveler muslim.
Restoran-restoran yang mendapat label halal di Korea Selatan akan melewati persyaratan ketat dan dikategorikan dalam empat grup, di antaranya Halal Certified yang disertifikasi oleh Korea Muslim Federation, Self Certified yang menyediakan semua makanan halal dan disertifikasi oleh pemilik restoran, Muslim Friendly yang menyediakan beberapa makanan halal namun mungkin menjual alkohol dan terakhir Pork Free yang tidak menawarkan daging babi.
4. Kazakhstan
Menurut Malay Mail, industri halal Kazakhstan pun sedang berkembang pesat. Ratusan gerai halal baru sudah dibuka selama beberapa tahun terakhir.
Pertumbuhan baru ini disebabkan oleh peningkatan jumlah muslim yang membawa peluang ekonomi yang menjanjikan. Dari USD 22 miliar yang dihabiskan setiap tahun, USD 3 miliar didedikasikan untuk produk halal.
Menurut laporan ekonomi Islam global 2019/2020, muslim traveler menghabiskan USD 1,3 miliar untuk makanan halal. Negara ini pun secara strategis siap menyediakan produk halal dalam pasar yang besar.
Komentar
frigeob f*i*e*[email protected]
Tulis komentar